Masalah asam lambung yang banyak dihadapi pada bulan puasa sebenarnya terjadi karena pemilihan makanan yang salah, juga pola hidup yang kurang tepat. Walau tidak dianggap sebagai penyakit gawat, namun penyakit yang disebut juga Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau refluks asam lambung ini rentan memicu komplikasi.
GERD diderita oleh kurang lebih 10-20 % orang dewasa di dunia. Umumnya gejala yang dirasakan saat seseorang mengalami refluks asam lambung adalah rasa panas di dada (heartburn) dan rasa mengganjal di pencernaan.
Frekwensinya pun tak teratur, bisa sepekan sekali bahkan sebulan dan setahun sekali. Karena itu banyak yang sulit membedakan antara mengalami penyakit GERD atau dispepsia. Satu yang bisa dipastikan adalah heartburn akibat GERD akan dirasakan seusai makan.
Mengapa saat bulan puasa rentan orang mengalami GERD? Sebenarnya bukan sebab puasanya, namun kebiasaan yang salah yaitu langsung tidur setelah makan sahur.
“Ada orang yang langsung tidur setelah sahur. Hal ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan, akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas ,” jelas dokter Ari Fahrial Syam dari RSCM seperti dilansir laman cnnindonesia.
Pemicu lainnya adalah, langsung makan dengan porsi banyak saat buka puasa kemudian dilanjut dengan merokok. Hal itu dapat memicu masalah lambung seperti GERD, dispepsia, dan maag dapat mudah kambuh.
Dokter Ari menyarankan umat Islam mengikuti anjuran Rasulullah yakni makan sedikit takjil saat buka puasa, agar lambung beradaptasi dahulu. Setelah jeda sholat maghrib, baru makanan utama bisa disantap.
Demikian pula usai sahur agar tak langsung tidur, melainkan sholat subuh dan olahraga ringan untuk memberi kesempatan pencernaan bekerja. Setelah itu barulah Anda boleh tidur sejenak setelah matahari terbit.
“Pasien juga harus menghindari tidur dua jam setelah makan, karena bisa menyebabkan refluks asam lambung,” tambah dia.
Makanan untuk penderita GERD lebih disarankan memperbanyak buah dan sayur, serta meminimalkan daging.
GERD diderita oleh kurang lebih 10-20 % orang dewasa di dunia. Umumnya gejala yang dirasakan saat seseorang mengalami refluks asam lambung adalah rasa panas di dada (heartburn) dan rasa mengganjal di pencernaan.
Frekwensinya pun tak teratur, bisa sepekan sekali bahkan sebulan dan setahun sekali. Karena itu banyak yang sulit membedakan antara mengalami penyakit GERD atau dispepsia. Satu yang bisa dipastikan adalah heartburn akibat GERD akan dirasakan seusai makan.
Mengapa saat bulan puasa rentan orang mengalami GERD? Sebenarnya bukan sebab puasanya, namun kebiasaan yang salah yaitu langsung tidur setelah makan sahur.
“Ada orang yang langsung tidur setelah sahur. Hal ini dapat menyebabkan asam lambung balik arah kembali ke kerongkongan, akhirnya bisa menyebabkan masalah pada saluran cerna atas ,” jelas dokter Ari Fahrial Syam dari RSCM seperti dilansir laman cnnindonesia.
Pemicu lainnya adalah, langsung makan dengan porsi banyak saat buka puasa kemudian dilanjut dengan merokok. Hal itu dapat memicu masalah lambung seperti GERD, dispepsia, dan maag dapat mudah kambuh.
Dokter Ari menyarankan umat Islam mengikuti anjuran Rasulullah yakni makan sedikit takjil saat buka puasa, agar lambung beradaptasi dahulu. Setelah jeda sholat maghrib, baru makanan utama bisa disantap.
Demikian pula usai sahur agar tak langsung tidur, melainkan sholat subuh dan olahraga ringan untuk memberi kesempatan pencernaan bekerja. Setelah itu barulah Anda boleh tidur sejenak setelah matahari terbit.
“Pasien juga harus menghindari tidur dua jam setelah makan, karena bisa menyebabkan refluks asam lambung,” tambah dia.
Makanan untuk penderita GERD lebih disarankan memperbanyak buah dan sayur, serta meminimalkan daging.
EmoticonEmoticon